Masapanjang tidak lagi bersekolah lalu dimanfaatkan putri Ompung yang sulung, selain membantu ibu di rumah, juga melakukan kegiatan keputrian bersama sebayanya, untuk berorganisasi memajukan remaja wanita di kota kediamannya dengan menerbitkan majalah berkala bernama: “Boru Tapanuli” di Padang Sidempuan.
Nandalany Nandalany IPS Sekolah Menengah Pertama terjawab Kegiatan ekonomi utama penduduk Laos terletak pada sektor pertanian. Kegiatan pertanian padi dan jagung di Laos berpusat di wilayah . . . . A. Sungai Irrawaddy B. Plato Bolovens C. Sungai Mekong D. Pegunungan Annam Iklan Iklan earlyoctaviana79 earlyoctaviana79 Jawabanpegunungan annamPenjelasankarena tanaman akan tumbuh baik jika ditanam di pegunungan/dataran tinggi Owh masama...jangan kak dong aku masih kelas 6 Terimakasih kak atas jawabannya Iklan Iklan Pertanyaan baru di IPS Untuk bisa membuat barang dagangan nya laku maka penjual harus..... Manusia memelihara alam sedemikian rupa, agar dapat dimanfaatkan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan manusia dan mahluk hidup lainnya salah satu cont … oh kegiatan manusia dalam memelihara alam Apa saja bahasa daerah aceh? berdasarkan wacana tersebut sebutkan 3 peranan negara sebagai pelaku ekonomi hindu Terbesar dan terakhir di perkirakan berada di jawa timur adlh... Islam di pulau jawa adlh.... 3 teori yg menjelas … kan asal usul nenek moyang Indonesia. ropus erectus atau.. batu tua atau.. praaksara dikelompokkan men jadi 2 yaitu...dan... tarumanegara memenuhi hidupnya dan cara... singasari bercorak....dan berdiri pada tahun.... Indonesia pada masa hindu budha di tinjau dari aspek geografis.....tuliskan 4 teori yg di tunjukkan masuknya agama dan budaya hindu budhamohonn jawabb yhhh Sebelumnya BerikutnyaDiamenambahkan, area pertanian yang terdampak kekeringan padahal merupakan sentral produksi padi. "Mulai dari Sumatera Selatan, Jawa, Pantura," ungkapnya. Berdasarkan data BMKG per tanggal 28 Juli 2019, titik panas terpantau di sejumlah daerah. Seperti Aceh dan Sulawesi Tenggara 1 titik. Kemudian di Jawa Tengah, NTB, dan Sumatera Selatan 2 titik.
ArticlePDF AvailableAbstractCambodia is one of the ten largest rice exporting countries in the world market. Although its reputation is not as great as those of Thailand and Vietnam, the growth of rice production and export is worth to be reckoned. In one decade, an increase of rice production by nine percent per year was followed by an increase of rice export each year. This proves that Cambodia has succeed to struggle from its adversity due to war and colonialism. However, it cannot be denied that Cambodia still faces diverse obstacles in increasing rice production. With all of its limitations, Cambodia has tried to use its resources and collaboration networks as the means to address those obstacles. By looking at the historical and sociological aspects, this study provides a comprehensive picture of rice development in Cambodia, which places more emphasis on recent obstacles and efforts in rice farming. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Presilla Mayasuri, Rucianawati dan Dina Srirahayu Ringkasan Hasil Penelitian .. 109117RINGKASAN HASIL PENELITIAN PEMBANGUNAN PERTANIAN PADI DI KAMBOJA1RESEARCH SUMMARY RICE AGRICULTURAL DEVELOPMENT IN CAMBODIAMayasuri Presilla1, Rucianawati2, Dina Srirahayu3Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesiae-mail1m_presilla 2rucianawati 20-5-2019 Direvisi 26-10-2019 Disetujui 26-10-2019ABSTRACTCambodia is one of the ten largest rice exporting countries in the world market. Although its reputation is not as great as those of Thailand and Vietnam, the growth of rice production and export is worth to be reckoned. In one decade, an increase of rice production by nine percent per year was followed by an increase of rice export each year. This proves that Cambodia has succeed to struggle from its adversity due to war and colonialism. Ho-wever, it cannot be denied that Cambodia still faces diverse obstacles in increasing rice production. With all of its limitations, Cambodia has tried to use its resources and collaboration networks as the means to address those obstacles. By looking at the historical and sociological aspects, this study provides a comprehensive picture of rice development in Cambodia, which places more emphasis on recent obstacles and eorts in rice farming. Keyword Agricultural development, Collaboration network, Cambodia, Rice FarmingABSTRAKKamboja merupakan satu dari sepuluh negara pengekspor beras terbesar di pasar dunia. Walaupun prestasinya belum segemilang Thailand dan Vietnam, pertumbuhan produksi dan ekspor komoditas beras di Kamboja patut diperhitungkan. Peningkatan produksi beras sembilan persen per tahun yang kemudian diikuti dengan peningkatan jumlah ekspor beras setiap tahunnya dalam kurun waktu satu dekade belakangan ini telah membuktikan bahwa Kamboja memang telah mampu bangun dari keterpurukannya akibat perang dan penjajahan. Namun, tidak dipung-kiri bahwa Kamboja juga masih menghadapi berbagai macam kendala dalam peningkatan produksi beras. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, Kamboja berusaha untuk menggunakan kekuatan sumber daya dan jaringan yang dimiliki untuk menjawab hambatan-hambatan tersebut. Dengan melihat dari aspek sejarah dan sosiologi, studi ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang perkembangan pertanian padi di Kamboja, serta berbagai 1 Tulisan ini merupakan hasil penelitian P2SDR-LIPI tahun 2014. Tim peneliti terdiri dari Mayasuri Presilla, Rucianawati, dan Dina / 2502-566X ©2019 Jurnal Kajian is an open access article under the CC BY-NC-SA license Number RISTEKDIKTI 34/E/KPT/2018Jurnal Kajian Wilayah 10 2019 109-124JURNAL KAJIAN WILAYAHp-ISSN 2087-2119e-ISSN 2502-566x 110 Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 9 2018 hambatan dan usaha yang dilakukan untuk membangun sektor pertanian di Kamboja pada saat kunci Jaringan Kerjasama, Kamboja, Pembangunan pertanian, Pertanian padiPENDAHULUANKamboja adalah negara di Asia Tenggara yang merupakan salah satu pengekspor beras terbesar di dunia. Namun, tidak seperti halnya beras Thailand dan Vietnam, beras Kamboja belum begitu dikenal luas. Bila melihat sejarahnya, Kamboja memang pernah berjaya di posisi lima besar di pasar beras internasional pada awal era 1960-an. Namun, berkecamuknya perang saudara dan isolasi politik yang terjadi awal dekade 1970-an membuat produksi beras menurun menjadi di bawah ton pada tahun 1974/1975. Angka ini jauh dari jumlah kebutuhan dalam negeri. Selanjutnya, stagnasi produksi beras terjadi seiring dengan berkuasanya rezim Khmer Merah dan invansi Vietnam. Akibatnya kelaparan merajalela Chandler, 1998, yang kemudian memaksa negara ini mengimpor beras selama lebih dari dua dekade Baldwin, 2009. Seiring dengan mulai stabilnya kondisi politik negara Kamboja di awal 1990an, banyak penduduk terutama di daerah pedesaan kembali menggarap lahan pertaniannya USDA, 2010. Beberapa tahun belakangan ini, pertanian padi mengokupasi seluas 80% dari 14,9 juta hektar lahan pertanian di Kamboja, yang membuat peningkatan jumlah produksi beras sebesar dua kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya Chandler, 1998. Pada tahun 2010 Kamboja berhasil memproduksi beras sebanyak 8,25 juta ton, dan terus meningkat menjadi 8,8 juta ton pada tahun 2011 VOA Cambodia 2012; Asean Aairs 2011 dan 9,31 juta ton pada tahun 2012 Kompas, 2013. Dengan adanya peningkatan produksi beras yang tinggi, Kamboja mendapatkan surplus beras yang cukup besar. Sebenarnya, surplus beras telah dinikmati negara ini semenjak tahun 1995/1996, namun ekspor beras baru gencar dilakukan pada tahun 2000/2001. Pada tahun 2011, Kamboja bisa mengekspor sebanyak ton VOA Cambodia, 2012. Pada tahun 2012, walaupun kecil, Kamboja bisa menaikkan ekspornya menjadi ton Phnom Penh Post, 2013. Selanjutnya, Kementerian Perdagangan Kamboja merilis bahwa pada tahun 2013, negara ini telah mengekspor sekitar ton beras. Artinya, telah terjadi peningkatan sebesar 51% dibandingkan dengan masa sebelumnya VOV5, 2014. Surplus beras yang didapatkan Kamboja memberikan beberapa keuntungan. Dari sisi petani, surplus beras dapat meningkatkan pendapatan mereka. Di sisi pemerintah, surplus beras memungkinkan pemerintah untuk melakukan ekspor ke mancanegara. Semakin besar jumlah ekspor, semakin besar pendapatan yang diterima negara. Pada tahun 2007, ekspor beras memberikan kontribusi lebih dari 10% dari nilai total ekspor IMF 2009 ; Yu Presilla Mayasuri, Rucianawati dan Dina Srirahayu Ringkasan Hasil Penelitian .. 111& Diao, 2011. Kementerian Perdagangan Kamboja menyatakan bahwa ekspor beras sampai dengan akhir tahun 2012 telah menghasilkan 132 juta dollar AS Kompas, 2013. Hal inilah yang semakin menguatkan niat pemerintah Kamboja untuk terus meningkatkan surplus produksi berasnya. Ekspor beras sebanyak 1 juta ton merupakan target pemerintahan Perdana Menteri Hun Sen pada tahun 2015 VOA Cambodia, 2012. Secara kualitas, beras Kamboja masuk ke dalam kategori beras dengan kualitas premium. Salah satu varietas yang terkenal adalah Phka Rumduol Phka Malis atau dikenal juga dengan Cambodia Jasmine Rice. Jenis ini hampir sama dengan beras wangi dari Thailand. Selama tiga tahun berturut-turut, dari tahun 2012 hingga 2014, varietas tersebut memenangkan predikat sebagai beras terbaik di dunia. Dengan kualitas yang tinggi, Kamboja dapat mengekspor berasnya ke sekitar 52 negara di dunia. Lima negara utama pengimpor beras Kamboja adalah Polandia, Perancis, Thailand, Malaysia, dan Cina Antara, 2013. Menariknya, Thailand dan Vietnam yang merupakan pengekspor beras nomor satu dan dua terbesar di dunia juga mengimpor beras Kamboja. Selama lebih dari dua dekade Kamboja telah menjadi pemasok gabah ke Thailand dan Vietnam. Gabah tersebut kemudian digiling menjadi beras, dikemas ulang, dan diekspor ke negara-negara maju Cambodia Organik, 2011. Ketertarikan akan beras Kamboja juga melanda Indonesia yang merupakan negara agraris dan salah satu penghasil beras terbesar di Asia. Pada tahun 2012, Pemerintah Indonesia yang kala itu diwakili oleh Menteri Perdagangan Gita Wiryawan telah menandatangai nota kesepahaman MoU yang di dalamnya memuat kesepakatan bahwa Kamboja akan memasok minimal ton beras ke Indonesia dalam setahun Kompas, 2012. Tidak hanya Indonesia, Brunei Darussalam pun tertarik membeli beras Kamboja. Kontrak satu tahun untuk membeli ton beras wangi dari Kamboja telah ditandatangani oleh pemerintah negara ini Antara, 2013. Namun, dibalik keberhasilan produksi dan ekspor beras, sektor pertanian padi Kamboja masih menyimpan sejumlah persoalan. Pertama adalah infrastruktur, utamanya saluran irigasi. Hingga saat ini, ketersediaan saluran irigasi yang memadai bagi pertanian padi di Kamboja masih menjadi masalah yang besar. Pada tahun 2003, jumlah lahan yang teririgasi hanya sebesar 7,3 persen dari keseluruhan luas lahan garapan Sareth & Yasunobu, 2006 dan pada tahun 2009 CEDAC melaporkan bahwa dari sekitar skema irigasi, hanya 6 % yang berfungsi dengan baik, sedangkan 62 % selebihnya tidak berfungsi Johnston, Try, & de Silva, 2013. Jumlah lahan teririgasi bertambah menjadi 31,6 persen di tahun 2010, namun belum bisa mengubah ketergantungan yang tinggi pada besarnya curah hujan. Dengan demikian, kapasitas untuk produksi beras berkurang selama musim kemarau Sothorn, Chhun, Theng & Sovannarith, 2011. Kondisi ini ditambah dengan sering terjadinya kekeringan di pertengahan musim hujan 112 Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 9 2018 dan banjir di akhir musim hujan di beberapa provinsi penghasil utama beras, yaitu Prey Veng, Takeo, Kampong Cham, Kampong Thom, Battambang, Banteay Meanchey dan Provinsi Siem Riep. Oleh karena itu, Kamboja memerlukan sistem irigasi yang baik sebagai asuransi untuk menghasilkan panen sebagaimana yang diharapkan Bansok, Phirun, & Chhun, 2011.Selain saluran irigasi, keberadaan mesin penggilingan padi adalah persoalan infrastruktur lain yang dialami Kamboja. Secara jumlah maupun kualitas, mesin penggilingan padi yang dimiliki masih sangat kurang memadai. Kurang dari 60% beras yang dihasilkan menjadi berukuran kecil atau bahkan hancursehingga tidak layak untuk dijual, terutama keluar negeri. Dampaknya adalah kerugian besar bagi petani Nesbitt, 1997. Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya kapabilitas dan pengetahuan sumber daya manusia dalam menggunakan alat penggilingan, sehingga membuat banyak petani Kamboja, khususnya yang berada di daerah perbatasan, lebih memilih untuk menjual padi mereka dalam kondisi mentah tanpa digiling dengan harga yang rendah, atau mereka lebih memilih menggilingkan padi mereka ke negara tetangga, seperti Thailand dan Vietnam yang memiliki alat penggilingan yang lebih canggih. Persoalan kedua yang dihadapi Kamboja dalam memproduksi beras adalah masalah sumber daya manusia. Sebagaimana yang terjadi di negara lainnya, jumlah petani padi di Kamboja semakin menurun jumlahnya karena generasi muda di pedesaan yang lebih memilih bermigrasi ke kota untuk mendapatkan pekerjaan di sektor selain pertanian. Arus informasi dan komunikasi yang semakin modern dan kemajuan di bidang pendidikan telah mengikis dan merubah pola pikir dan orientasi penduduk Kamboja, khususnya generasi muda. Mereka tidak lagi tertarik menjadi petani karena profesi tersebut diasosiakan sebagai pekerjaan yang berat dan tidak prestise karena penghasilan yang kecil dan musiman. Sebaliknya, mereka akan menerima upah bulanan yang jumlahnya lebih besar apabila mereka bekerja di pabrik sebagai buruh. Masalah sumber daya manusia di sektor pertanian tidak berhenti sampai di situ karena Kamboja juga mengalami masalah kurangnya kapabilitas petani dalam menyerap informasi-informasi terbarukan dan hal ini sedikit banyak mempengaruhi kegiatan produksi beras Nesbitt, 1997. Sementara itu, penyuluh pertanian yang seharusnya menjadi ujung tombak transfer pengetahuan jumlahnya juga masih minim. Dengan demikian, tidak terjadi kesinambungan atau keberlanjutan transfer pengetahuan kepada petani Theng & Flower, 2013. Lahan adalah hambatan lainnya yang juga dihadapi oleh Kamboja dalam peningkatan produksi beras Kamboja, yang ujungnya berdampak pada kemiskinan Theng & Flower, 2013. Banyak petani Kamboja yang tidak memiliki lahan untuk dibudidayakan, dan banyak pula lahan besar menganggur yang sudah dialokasikan untuk konsensi lahan ekonomi Economic Land Presilla Mayasuri, Rucianawati dan Dina Srirahayu Ringkasan Hasil Penelitian .. 113Consession/ELCs. Lahan informal yang dimiliki oleh petani miskin, berpeluang untuk diambil oleh ELCs karena petani tidak memiliki hak kepemilikan. Di sisi lain, keberadaan ELC memang memberikan dampak terhadap perekonomian pedesaan, tetapi karena kurangnya peraturan yang jelas maka terjadi ketidakesiensian ekonomi pedesaan yang memperparah kemiskinan, dan dapat menjadi sumber kerusuhan sosial. Masalah ketidakamanan kepemilikan harta oleh petani Kamboja lebih banyak terjadi di daerah pinggiran. Aktor yang berkuasa memiliki peluang yang besar untuk mengusir petani, mengambil dan mengakui lahan diamati Kamboja memang memiliki sejumlah persoalan yang cukup serius dalam sektor pertanian padinya. Namun di sisi lain, realitas menunjukkan bahwa produksi dan ekspor beras negara ini terus mengalami peningkatan. Jelas ini merupakan dua hal yang bertolak belakang. Namun, secara implisit ini menunjukkan keseriusan Kamboja dalam membangun sektor pertanian padi. Inilah yang menjadi inti dari pembahasan dalam tulisan ini. Analisis pembahasan dilakukan dengan melihat beberapa model pembangunan sektor pertanian, seperti Diusion Model yang menggabungkan bidang ekonomi dan pertanian dengan memandang pentingnya riset dan transfer teknologi; High Pay-o Input Model yang melihat pentingnya modernitas input dalam produktivitas pertanian Hayami & Ruttan, 1985; dan Induced Innovation Model yang pengembangannya dilakukan dengan cara melihat keterbatasan yang dilmiliki di setiap negara melalui penggunaan teknologi atau inovasi-inovasi pada institusi riset Ruttan, 1998. Dengan semakin berkembangannya ilmu pengetahuan, penggabungan beberapa model pembangunan di sektor pertanian di suatu negara adalah sesuatu yang perlu untuk dilakukan. Dengan menggunakan analisis penggabungan model, kesuksesan Kamboja dalam produksi berasnya dapat tergambar secara holistik dalam studi ini. SEJARAH PERTANIAN PADI DI KAMBOJASejarah pertanian padi di Kamboja dapat dilacak sejak ribuan tahun yang lalu. Helmers 1997, mencatat bahwa para petani di Kamboja telah menanam padi tadah hujan setidaknya sejak 2000 tahun yang lalu. Terdapat beberapa manuskrip yang menggambarkan tentang komunitas pertanian sepanjang pemerintahan kerajaan, sebagaimana terdapat pada Candi The Phimean Akas, Ta Prohm, dan Preah Khan pada masa pemerintah Raja Jayavarman VII pada tahun 1181-1221 SM. Pada manuskrip itu dituliskan bahwa Raja Jayavarman VII secara teratur menyalurkan bantuan berupa beras sebanyak ribuan ton kepada pekerja danpasien di rumah-rumah sakit setiap tahunnya Nhean, 2014. Pada periode Angkorian, antara abad 9 dan 14 Masehi, terjadi pergeseran pusat populasi Khmer dari barat laut ke wilayah Danau Tonle Sap, dan kekuatan ekonomi Angkor terletak pada pertanian padi. Namun, sistem produksi 114 Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 9 2018 beras pada periode ini memunculkan dua pandangan. Pertama, Angkor memperoleh kekuatannya melalui inovasi pada teknologi pengairan. Inti dari sistem irigasi adalah keberadaan waduk-waduk dan kanal di sekitar Angkor Wat. Pandangan yang kedua melihat waduk-waduk itu ditujukan untuk kepentingan seremonial dan simbolik. Sementara itu, ekonomi beras pada Kerajaan Angkorian terjadi karena adanya ekspansi lahan pertanian padi, jumlah petani padi yang dikenakan pajak, dan adanya inovasi pada kontrol dan penggunaan tenaga kerja secara massal Helmers, 1997. Namun, apa pun perbedaan pandangan keduanya, kemakmuran Kamboja serta aktivitas pengerjaan sawah penduduk pada masa itu, tergambar jelas pada relief-relief Angkor Wat yang dibangun pada pemerintahan Raja Suryawarman II 1113-1150 M Butwell, 1988. Mengenai irigasi, sejarah mencatat bahwa pada abad 12 dan 13 Masehi Kamboja telah dibangun sistem irigasi yang cukup modern, yang mampu mengairi lebih dari lima juta hektar lahan pertanian. Jumlah ini cukup besar dibanding pada masa kini di mana di Kamboja terdapat sekitar empat juta hektar lahan pertanian. Keberadaan sistem irigasi modern tersebut pada masa lalu dapat dilihat dari keberadaan waduk-waduk yang mengelilingi Ibukota Angkorian. Di sebelah barat terdapat Waduk Barat yang memiliki luas dua kilometer, panjang tujuh kilometer, dan kedalaman antara empat hingga enam meter. Di sebelah timur, terdapat Waduk Jaya Tadak, sedangkan di sebelah utara terdapat Waduk Intra Tadak. Jauh dari area Angkor, terdapat pula banyak waduk. Di sekitaran waduk-waduk tersebut, terhampar lahan-lahan pertanian padi yang ditanam oleh masyarakat sekitar dan panen dapat dilakukan dua hingga tiga kali setiap tahunnya. Ini membuktikan bahwa kepandaian orang-orang Khmer dalam memproduksi beras telah ada sejak lama. Keberadaan waduk dan sistem irigasi yang dibuat memberikan peningkatan pada hasil produksi beras Nhean, 2014. Keberadaan waduk sebagai sistem irigasi pertanian juga dituliskan oleh salah seorang diplomat Cina, Chiv Ta Guan, yang datang mengunjungi Kota Angkor pada abad ke-13 1296-1297. Kondisi Kota Angkor dengan beberapa waduk yang mengelilinginya dituliskan dalam bukunya yang berjudul The Customs of Cambodia. Pengabadian Angkor sebagai ibukota dan juga sebagai pusat populasi terjadi pada abad ke 15 hingga 17 Masehi. Pusat populasi Khmer kembali ke wilayah tenggara, dan basis ekonomi kembali ke perdagangan produk-produk hutan melalui sungai yang berpusat di ibukota baru di wilayah Phnom Penh. Pada abad selanjutnya, kehidupan masyarakat dipenuhi dengan perang, pemberontakkan, dan kekerasan. Seperti penuturan Chandler, hal ini terjadi karena adanya pertempuran antara pasukan Thailand, Vietnam, dan Kamboja yang bertempur di wilayah Kamboja, yang menyebabkan hancurnya desa-desa, terbunuh dan tergusurnya penduduk desa, dan rusaknya daerah pertanian Helmers, 1997. Namun pada masa pra-kolonial ini, pasokan pangan tetap mencukupi kebutuhan Presilla Mayasuri, Rucianawati dan Dina Srirahayu Ringkasan Hasil Penelitian .. 115masyarakat yang jumlahnya masih sedikit. Selain dari pertanian padi, pangan juga didapatkan dari hutan dan sungai. Untuk pertanian padi sendiri, petani-petani banyak mengadopsi teknologi pertanian dari India. Pada masa itu pula, menurut Tichit para petani melakukan berbagai macam variasi dalam pertanian padi dengan beragam varietas Helmers, 1997. Namun, pada masa ini pula petani-petani Khmers menghadapi tiga ancaman utama yang berdampak pada ketahanan pangan, yaitu ketidakpastian lingkungan untuk pertanian padi tadah hujan, pemungutan pajak negara untuk beras dan tenaga kerja petani, serta dampak yang ditimbulkan dari perang pada produksi beras dan petani padi. Selanjutnya, Kamboja memasuki periode kelaparan dan penyakit, yang terjadi pada masa kolonialisasi Perancis yang dimulai pada tahun 1863. Kebijakan-kebijakan pembangunan pertanian yang dibuat oleh pemerintah kolonial ditujukan untuk ekspor, terutama beras dan hewan ternak, guna memenuhi pasokan pada fasiltas pengolahan pertanian dan sistem perdagangan ekspor internasional Perancis yang berpusat di Saigon, Cina. Di sini, Kamboja dijadikan sebagai pemasok bahan mentah dengan harga yang murah. Untuk itu, Perancis memberlakukan dua strategi pada komoditas beras. Pertama, melakukan penanaman padi dalam skala besar dengan metode yang modern, yang berada di bawah kendali orang-orang Perancis yang ada di Kamboja. Penanaman dilakukan di tanah konsesi seluas Ha di Provinsi Battambang. Untuk mendukung sistem ini, pemerintah mengambil tenaga kerja dibayar dengan sistem upah. Pemerintah kolonial juga menyediakan berbagai infrastruktur, seperti sistem irigasi pusat penelitian benih dan pupuk, rel kereta yang menghubungkan Battambang dengan Phnom Penh, serta transportasi sungai dari Phnom Penh ke Saigon. Hal ini dilakukan sampai dengan tahun 1950-an. Kedua, melakukan penanaman padi dalam skala kecil, yang dilakukan oleh hampir seluruh petani Khmer di seluruh Kamboja dengan menggunakan metode tradisional. Selama periode kolonialisasi, total area yang dimiliki oleh petani kecil bervariasi, antara 0,5 dan 1,5 juta Ha. Pada sistem yang kedua ini, pemerintah kolonial memperoleh beras untuk ekspor bukan melalui kemajuan teknologi, tetapi dengan bergantung pada pajak dan ekspansi lahan pertanian seiring dengan meningkatnya populasi. Dengan alasan ketidakmampuan petani kecil untuk menguasai inovasi, pemerintah kolonial sengaja tidak melakukan investasi dan tidak membangun infrastruktur dan kapasitas petani Khmer. Akibatnya, menurut Tichit panen beras pada sistem ini berada di angka stagnan 1 ton per Ha selama 50 tahun Helmers, 1997. Khusus untuk pajak, pemerintah kolonial menerapkan pajak yang lebih tinggi untuk beras, tenaga kerja, dan uang tunai kepada petani di Kamboja dibandingkan dengan petani lainnya di Indocina Perancis Vietnam dan Laos. Pajak beras merupakan sumber pendapatan terbesar dari pemerintah pada saat itu Helmers, 1997. 116 Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 9 2018 Dengan berbagai kebijakan pada pertanian padi dan beras, pemerintah kolonial Perancis dapat melakukan ekspor beras sebanyak hingga ton per tahun dari awal 1900-an hingga awal 1950-an sebagaimana yang ditururkan oleh Tichit Helmers, 1997. Besarnya jumlah ekspor tersebut membuat Kamboja menempati posisi sebagai pengekspor beras ketiga terbesar di dunia pada tahun 1940. Prud’Homme mengungkapkan luas lahan pertanian bertambah 340% menjadi 1,7 juta Ha Helmers, 1997. Namun, Kamboja mengalami kekacauan ekonomi pada 1946-1953 akibat persoalan keamanan yang disebabkan oleh perjuangan kemerdekaan melawan kolonialisasi Perancis Helmers, 1997. Akhirnya, Kamboja memperoleh kemerdekaan politik dari kolonialisasi Perancis pada tahun 1953, dan ini memberikan dampak positif terhadap pembangunan nasional. Dari tahun 1955 sampai dengan 1963, pemerintah Kamboja secara ambisius menetapkan sejumlah program pembangunan. Terkait dengan beras, pemerintah mengambil alih dan mengontrol lahan pertanian padi warisan kolonialisasi Perancis di Provinsi Battambang. Dengan bantuan dari The United States Agency for International Development USAID, Pemerintah Kamboja melakukan banyak perbaikan pada infrastruktur pengairan nasional di beberapa provinsi seperti Siem Reap, Kampong Cham, Kandal, dan Kampot. Bantuan USAID lainnya yaitu pendirian enam stasiun penelitian padi. Perbaikan pada sumber daya manusia juga dilakukan oleh pemerintah Kamboja. Khusus dalam bidang pertanian, pemerintah memberikan pelatihan agronomi bagi staf pemerintah, yang kemudian ditempatkan di beberapa provinsi. Pada periode ini pula, lahan pertanian meningkat luasnya menjadi 2,2 juta Ha, dan produksi beras meningkat menjadi 2,3 juta ton. Ekspor beras pun mencapai level ton meskipun beras giling yang dihasilkan adalah beras dengan kualitas rendah. Pada tahun 1964 dan 1965, produksi beras sebanyak 2,5 juta ton dan 2,7 juta ton, menyebabkan eskpor beras melampaui angka ton. Namun, stagnasi produksi beras mulai terjadi pada tahun 1969 yang diakibatkan oleh teknologi pertanian masih tradisional dan irigasi skala besar yang tidak menyebar di seluruh wilayah, pemakaian pupuk dan pestisida yang minim, lemahnya jasa penyuluhan dan kredit, kurangnya staf teknis dan manajemen yang terampil, belum tersebarnya mekanisasi pertanian, dan belum tersedianya hasil penelitian Helmers, 1997.Periode selanjutnya merupakan periode penurunan produksi beras. Pada tahun 1970-1975, Kamboja terlibat penuh dalam perang Indochina ke-2, yaitu antara Khmer Merah dan Pasukan Komunis Vietnam. Akibatnya adalah kerusakan pada infrastruktur pedesaan yang berujung pada penurunan drastis pada produksi beras dan hewan ternak. Rezim Khmer Merah yang kemudian berkuasa pada tahun 1975 menetapkan sektor pertanian, khususnya pertanian padi, sebagai fokus utama Presilla Mayasuri, Rucianawati dan Dina Srirahayu Ringkasan Hasil Penelitian .. 117pembangunan. Berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah untuk membenahi dan meningkatkan produksi beras, mulai dari penggantian varietas padi, perluasan lahan pertanian, sampai dengan pembangunan sistem irigasi. Namun, semua itu berakhir dengan kegagalan. Terjadi beberapa kali surplus beras pada waktu-waktu tertentu, namun semua itu diperuntukkan bagi kepentingan tentara atau dipertukarkan dengan senjata. Pada tahun 1979, perang telah menghancurkan hampir semua infrastruktur pertanian, begitu pula dengan sumber daya manusianya. Sepanjang sisa dekade 1980an, Pemerintah Revolusi Rakyat Kamboja terus berusaha merehabilitasi pertanian padi sebagai prioritas nasional walaupun dengan sumber daya yang minim. Pemerintah pun melakukan kolektivisasi dan mengambil alih lahan pertanian. Kolektivisasi diterapkan karena dianggap sebagai cara yang terbaik untuk berbagi hasil pertanian yang sedikit. Pemerintah juga melibatkan Vietnam dalam usaha perbaikan pertanian padi, misalnya melalui varietas yang baru dan mekanisasi. Memang terjadi kemajuan dalam hal sumber daya manusia, namun panen yang dihasilkan tidak mencukupi untuk menjamin ketahanan pangan masyarakat. Tahun 1989, setelah pemerintah mengganti namanya menjadi The State of Cambodia, pemerintah melakukan sejumlah perubahan kebijakan. Ekonomi pasar dilembagakan dan reformasi lahan dilakukan. Di sini pemerintah mengakui kepemilikan tanah secara pribadi. Tanah komunal dibagi secara adil dalam setiap komunitas kepada keluarga yang dihitung berdasarkan jumlah orang dalam setiap rumah tangga Helmer, 1997.Di awal dekade 1990-an, sektor pertanian mendapatkan prioritas nasional dalam kebijakan pembangunan. Strategi pembangunan pertanian dirancang untuk memperbaiki kondisi ketahanan pangan, menstimulasi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan penghasilan di pedesaan, dan membangun industri ekspor pertanian RGOC dan FAO dikutip oleh Helmers, 1997. Pertanian padi di Kamboja di awal tahun 1990-an banyak dilakukan terutama di daerah pedesaan. Luas lahan pertanian padi bervariasi, tergantung dari tingkat kepadatan penduduk. Semakin padat penduduknya maka semakin sempit lahan pertanian yang dimiliki, begitu pun sebaliknya. Pertanian padi masih didominasi oleh sistem tadah hujan. Pekerja perempuan lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan laki-laki. Hewan ternak, seperti kerbau, masih banyak digunakan dalam proses pembajakan sawah. Namun, penggunaan mesin dalam produksi beras mulai menyebar ke beberapa daerah. Penyebaran teknologi untuk pertanian sistem tadah hujan telah dapat menghasilkan surplus beras yang dipergunakan untuk diperdagangkan Helmers, 1997. Perdagangan beras menjadi perdagangan ekonomi yang utama, walaupun terdapat produk pertanian lainnya yang hasilnya lebih baik, seperti jagung, ubi, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan. Beras diperdagangkan untuk memenuhi kebutuhan di kota-kota besar dan kecil, serta di daerah pedesaan yang desit beras. Perdagangan beras ini dilakukan 118 Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 9 2018 secara tunai atau dibarter dengan komoditas lain, barang, atau jasa di pasar informal. Dibandingkan dengan komoditas yang lain, beras memiliki dampak ekonomi yang besar karena melibatkan sektor jasa, seperti pengolahan hasil pertanian, persiapan dan pemanenan lahan, transportasi, dan perdagangan grosir dan eceran Cameron & Twyford-Jones, Helmers, 1997. Saat ini, pertanian padi banyak diusahakan di sekitar Danau Tonle Sap yang mendapatkan cukup air dari Sungai Mekong dan Bassac. Beberapa provinsi penting pertanian padi adalah Battambang, Banteay Mean Chey, Siem Reap, Kampong Cham, Takeo, dan Prey Veng ADB & UNEP, 2004. Beberapa tahun belakang ini, luas area pertanian mencapai tiga juta hektare, dan lebih dari dua juta penduduk berprofesi sebagai petani padi VOV, 2018. MEMBANGUN PERTANIAN PADI, MENINGKATKAN PRODUKSI BERASDengan berbagai persoalan yang dimiliki, tidak heran bila pertanian padi di Kamboja memiliki tingkat produktivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis pertaniannya lainnya. Misalnya saja antara tahun 2000-2009, produktivitas pertanian padi hanya 8,31% sedangkan pertanian jagung bisa mencapai 14,08%; singkong 40,98%; kacang hijau 11,52%, dan kacang kedelai 16,81% MAFF, 2010. Rendahnya produktivitas pertanian padi berpengaruh terhadap perbaikan standar hidup, mengurangi kemiskinan, dan mempercepat pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan Theng & Flower, 2013. Hal ini sangat disadari oleh pemerintah Kamboja yang kemudian memprioritaskan pertanian padi sebagai sektor utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di pedesaan. Oleh karena itu, Kamboja berusaha untuk melakukan beberapa upaya untuk mengatasi berbagai persoalan dalam pertanian padinya, seperti perluasan jasa penyuluh pertanian, pembangunan sektor bibit, dan pembangunan sistem JASA PENYULUHAN DI BIDANG PERTANIANPerluasan jasa penyuluh pertanian hingga ke tingkat komunitas menjadi perhatian utama dari Pemerintah Kamboja dalam membangun sektor pertanian padi. Tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan para petani tentang teknik-teknik bertani dan teknologi pertanian sehingga petani dapat meningkatkan dan memperbaiki hasil panen. Pengetahuan yang diajarkan oleh tenaga penyuluh pertanian kepada petani meliputi cara mengontrol hama, menanam padi, perbaikan varietas, pemilihan bibit, aplikasi penggunaan pupuk kimia, kompos, dan manajemen air untuk pertanian padi. Tanggung jawab untuk melakukan perluasan jasa penyuluhan berada di tangan The Ministry of Agriculture, Forestry, and Fisheries MAFF. Jumlah penyuluh di Kamboja berjumlah orang, dimana 90%-nya bekerja sebagai petugas lapangan IFPRI, 2011. Terdapat tiga tipe penyedia Presilla Mayasuri, Rucianawati dan Dina Srirahayu Ringkasan Hasil Penelitian .. 119jasa penyuluhan di negara ini, yaitu Theng & Socheat 2013a. Lembaga pemerintahan, yaitu meliputi Departemen Penyuluh Pertanian dari MAFF, Ministry of Rural Development, Cambodia Agricultural Research and Development Institute CARDI, Royal University of Agriculture, Moharussey Vedic University, Prek Leap National College of Agriculture, and Kampong Cham National School of Organisasi swasta, yang meliputi perusahaan-perusahaan agribisnis yang terlibat dalam perdagangan input-input pertanian dan kontraktor pertanian NGO dan beberapa mitra pembangunan yang bekerjasama dengan stakeholder untuk menyediakan tenaga penyuluh pertanian dan sekolah petani. PENGEMBANGAN BENIHBenih merupakan salah satu elemen penting dalam pertanian padi. Benih unggul tidak hanya menghasilkan beras dengan kuantitas yang banyak, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas produksi. Pentingnya kehadiran benih unggul membuat Pemerintah Kamboja berusaha untuk mengupayakan pembangunan sektor benih melalui lembaga-lembaga penelitian dan melibatkan pihak-pihak lain yang berkompeten. Salah satunya adalah International Rice Research Institute IRRI. IRRI merupakan lembaga penelitian bertaraf internasional yang berusaha untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi petani, konsumen, dan pemangku kepentingan di negara-negara penghasil beras di dunia. Di Kamboja, IRRI menjadi lembaga yang sangat berpengaruh dalam membangun pertanian padi. Lembaga ini berusaha untuk mengembangkan varietas padi baru dan metode pertanian untuk lahan dengan kondisi marginal dan sulit. Kolaborasi dalam bidang penelitian pertama kali dilakukan di era 1960-an. Bantuan besar IRRI pada pertanian padi Kamboja adalah mendapatkan kembali varietas-varietas padi yang hilang akibat perang saudara. IRRI membantu Kamboja dalam hal pendampingan pembangunan sistem penelitian padi, dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan penelitian beras IRRI, 2014a. Pihak lain yang terlibat dalam pembangunan varietas padi unggul di Kamboja adalah CARDI. Keterlibatan CARDI dalam pembangunan sektor ini adalah karena CARDI memandang pentingnya perbaikan benih untuk meningkatkan pendapatan petani. Tugas yang dilakukan oleh CARDI adalah mempertahankan varietas lokal, membuat dan mengeluarkan benih unggulan baru, memproduksi dan mempertahankan suplai benih indukan bagi petani benih, serta mendidik petani dan petani benih tentang varietas padi dan teknik-teknik produksinya. Dalam menjalankan tugasnya, CARDI memanfaatkan jaringan kerjasama dan menggandeng banyak pihak dari dalam dan luar negeri, seperti the Cambodian Center for Study and Development in Agriculture/Centre d’Etude at de Development Agricole 120 Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 9 2018 Cambodgien CEDAC, Cambodia’s leading Independent Development Policy Research Institute CDRI, Australian Center for International Agricultural Research ACIAR, Australian Agency for International Development AusAID, Asia Development Bank ADB, Food and Agricultural Organization FAO, International Rice Research Institute IRRI, University of Queensland Australia, University of Tokyo Japan, Chiang Mai University, Cuulong Delta Rice Research Institute CDRRI, dan Deutsche Gessellschaft Fuer Technisch Zusammenarbeit GTZ CARDI, 2011. Dari berbagai kolaborasi yang dilakukan, CARDI telah berhasil mengeluarkan sekitar 38 benih padi Srey, 2012. Salah satu varietas unggulan yang dirilis oleh CARDI adalah Phka Rumduol Phka Malis atau Cambodia Jasmine Rice pada tahun 1999. Karena rasanya yang enak, wangi, dan teksturnya yang bagus, varietas ini memenangkan kompetisi The World Best Rice yang diadakan di Bali pada tahun 2012, dan kembali terpilih sebagai varietas beras terbaik pada Konferensi Rice Trade World di Hongkong pada tahun 2013 IRRI, 2014b. PEMBANGUNAN SISTEM IRIGASIKamboja merupakan negara yang kaya akan air, namun irigasi adalah salah satu persoalan besar dalam pertanian padi di Kamboja yang salah satunya terjadi karena variabilitas ketidakteraturan curah hujan yang cukup besar pada waktu musim hujan. Irigasi, parit, dan tambak dengan sistem yang cukup modern sebenarnya telah dibangun pada era Angkorian karena beras telah menjadi basis ekonomi kerajaan kala itu. Kejayaan irigasi dengan sistem super dan beras sebagai basis ekonomi berusaha dibangun kembali oleh rezim Khmer Merah yang berkuasa beberapa abad setelah itu, yaitu pada tahun 1975-1979. Obsesi tersebut diwujudkan dengan membangun banyak kanal, tanggul, dan bendungan karena ingin menjadi Kamboja sebagai negara pertanian padi yang tidak tergantung pada curah hujan. Penduduk di seluruh kota dan desa dikosongkan dan ditempatkan di beberapa daerah untuk bekerja menanam padi, menggali tanggul, irigasi, dan kanal. Tercatat sekitar tiga perempat dari jaringan kanal terbangun pada saat itu Fuller, 2008. Namun, karena rancangannya yang sangat buruk, banyak yang akhirnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tidak berguna, menggangu pengelolaan air, dan bahkan hanya sebagian kecil yang dapat digunakan untuk mengelola air di masa kini Sinath, 2002. Perbaikan sistem irigasi berkaitan erat dengan pertanian yang berpengaruh pada perbaikan kondisi ketahanan pangan negara, pengurangan kemiskinan di level lokal, dan pembangunan sosial ekonomi. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh Pemerintah Kamboja untuk mengatasi kendala dalam sistem irigasi. Beberapa proyek pembangunan dan rehabilitasi irigasi berbasis kanal dilakukan melalui kerjasama dengan beberapa negara, diantaranya Presilla Mayasuri, Rucianawati dan Dina Srirahayu Ringkasan Hasil Penelitian .. 121Australia, Jepang, Perancis, Korea Selatan, dan Belanda. Rehabilitasi sistem irigasi Kamboja juga melibatkan banyak institusi internasional, seperti Asian Development Bank ADB French Development Agency, Japan’s International Cooperation Agency JICA, Food and Agriculture Organization FAO, dan the World Bank Sinath, 2002 Di dalam negeri Kamboja sendiri, undang-undang dan kebijakan pengelolaan sumber daya air disusun secara bertahap sejak tahun 1993. Tanggung jawab untuk pengelolaan irigasi yang sebelumnya dipegang oleh the Ministry of Agriculture, Forestry, and Fisheries kemudian diserahkan kepada The Ministry of Water Resources and Meteorolgy MOWRAM yang dibentuk pada tahun 1998 Sinath, 2002. Dua kebijakan utama yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air adalah Strategi untuk Pertanian dan Air Strategy for Agriculture and Water/SAW pada tahun 2006 – 2010 dan Kebijakan Sumber Daya Air Nasional The National Water Resources Policy. Prestasi besar dalam menerapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air tersebut meliputi perluasan sawah kawasan budidaya irigasi, meningkatkan produktivitas padi, dan jaminan hak dan akses terhadap sumber daya air bagi masyarakat miskin. Cara yang ditempuh oleh pemerintah yaitu membentuk asosiasi penggunaan air irigasi di area persawahan yang diberi nama Komunitas Petani Pengguna Air Farmer Water User Community/FWCU serta membentuk Pengelolaan dan Pengembangan Irigasi Partisipatif Participatory Irrigation Management And Development/PIMD. Skala komunitas irigasi berbasis kanal memang sudah ada di Kamboja sejak dahulu, tetapi manajemen irigasi partisipatif merupakan hal baru di Kamboja. Pembentukkan keduanya dilakukan untuk meningkatkan partisipasi dan memberikan petani rasa memiliki terhadap irigasi, sehingga kanal-kanal dapat terpelihara dengan baik serta dapat meminimalkan biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Sareth & Yasunobu, 2006. Sebagai tindak lanjut dari program SAW I tahun 2006 – 2010 dan Rencana Pembangunan Strategis Sektor Pertanian ASSDP 2006 – 2010 yang belum terimplementasi dengan sempurna, Pemerintah Kamboja melanjutkan program SAW II SAW Updated pada tahun 2010 – 2013 Sareth & Yasunobu, 2006. Pembangunan sistem irigasi dibutuhkan tidak hanya untuk produksi padi pada musim kemarau tetapi juga untuk menyetabilkan dan mengontrol air pada budidaya padi pada musim hujan. Namun pada saat ini, upaya lebih ditekankan pada pengembangan sistem irigasi musim kemarau. Tiga model sukses untuk intensikasi musim kemarau yang dapat diidentikasi antara lain adalah skema waduk di cekungan Tonle Sap; sistem kanal besar seperti di Takeo; dan pompa individu dari dalam tanah di Svay Rieng dan Prey Veng. Dengan adanya sistem ini maka budidaya sebanyak dua atau bahkan tiga kali masa tanam setiap tahun mungkin untuk dilakukan Johnston, Try, & de Silva, 2013. Dengan demikian, wajar bila saat ini sistem irigasi yang baik di Kamboja tidak 122 Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 9 2018 hanya memberikan kontribusi terhadap peningkatan produksi pertanian, tetapi juga pada mata pencaharian kini menjadi negara yang patut diperhitungkan keberadaannya dalam pasar beras internasional. Usaha untuk bangkit dari keterpurukkan akibat perang dan konik di dalam negeri membuah hasil yang cukup memuaskan, walaupun belum sesukses Thailand dan Vietnam. Ekspor beras yang dapat dilakukan Kamboja menunjukkan bahwa negara ini telah dapat memproduksi beras melampaui kebutuhan dalam negeri. Usaha membangun sektor pertanian padi bukan sesuatu hal yang mudah bagi Kamboja yang terkendala oleh tiga persoalan, yaitu sistem irigasi, kapabilitas sumber daya manusia, dan lahan pertanian. Ketiganya memerlukan penanganan serius, yaitu optimalisasi pendayagunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk dapat mencapai produktivitas yang tinggi. Untuk mewujudkannya memang tidaklah mudah. Melihat dari apa yang telah dilakukan Kamboja, terpaku dan hanya menerapkan salah satu model pembangunan pertanian saja bukanlah hal yang bijak dilakukan. Karena tingginya tingkat kompleksitas persoalan yang dihadapi maka diperlukan gabungan penyelesaian, dalam hal ini yaitu pemanfaatan teknologi dan jejaring kerjasama. Keduanya penting untuk dilakukan karena keduanya saling terhubung melalui perkembangan teknologi yang sangat pesat. Berangkat dari kerangka di atas, penekanan penyelesaian persoalan sektor pertanian padi lakukan Kamboja pada tiga hal. Pertama, melakukan pembenahan sistem irigasi di berbagai daerah yang hancur akibat peperangan dan salah pengaturan di masa Khmer Merah melalui bantuan dan investasi dari pihak-pihak luar. Perhatian besar yang kedua diberikan pada peningkatan kapabilitas sumber daya manusia melalui perluasan jasa penyuluhan pertanian hingga ke tingkat komunitas. Dari jasa penyuluhan tersebut, petani mendapatkan banyak pengetahuan mengenai metode pertanian terbarukan yang berasal dari hasil penelitian. Sementara itu, untuk masalah lahan, Kamboja tidak secara eksplisit menyelesaikannya lewat reformasi lahan pertanian, tetapi lebih mengambil jalan mengembangkan sektor bibit melalui pengembangan lembaga-lembaga penelitian di dalam negeri dan pemanfaatan jaringan kerjasama dengan lembaga penelitian luar negeri atau internasional. Tujuannya adalah menciptakan varietas-varietas padi baru yang berkualitas tinggi dan adaptif terhadap lingkungan, walaupun petani memiliki luas lahan yang sempit, mereka bisa memproduksi beras secara maksimal dengan menggunakan varietas padi yang ACUANAsean Aairs. 2011. Cambodia’s rice production up despite oods in 2011. Diakses dari tanggal 10 Januari 2013 Presilla Mayasuri, Rucianawati dan Dina Srirahayu Ringkasan Hasil Penelitian .. 123Asian Development Bank ADB & United Nations Environment Programme UNEP. 2004. Greater Mekong sub region atlas of the K. 2009. Country spotlight Cambodia returns as a rice exporter. Dalam ,United State Departement of Agriculture, A report from the economic research service .Bansok, R., Phirun, N. & Chhun, C. 2011. Agricultural development and climate change the case of Cambodia. Working paper series 65. Phnom Penh CDRI Publication. Butwell, R. 1988. Sungai Mekong. negara, dan bangsa, 3. Jakarta Grolier International rice export 2011. 2011. Cambodia Organik . Diakses dari tanggal 2 Februari 2011. Partner. Diakses dari D.. 1998. A History of Cambodia. Chiang Mai Silkworm beras kamboja melonjak 125 ersen. 2013. Antara. Diakses dari tanggal 24 Juli berasnya menjulang, Kamboja makin percaya diri, 2013. Kompas. Diakses dari tanggal 10 September T. 2008. Cambodia revives deadly Pol Pot’s cannals. Diakses dari pada tanggal 27 Juli Y., & Ruttan, 1985. Agricultural development an international The John Hopkins University K. 1997. Rice in the Cambodian economy past and present. Dalam Nesbitt Ed., Rice production in Cambodia. Manila International Rice Research Institute. IFPRI. 2011. Extension and advisory services in Cambodia. Diakses dari tanggal 15 Oktober Rice Research Institute. 2014a. Rice research and capacity building. Diakses dari tanggal 20 Oktober 2014. 2014b. Cambodia rice variety named world’s best. Diakses dari tanggal 20 Oktober 2014. Johnston, R.; Try, R. M. & de Silva, S. 2013. Ground water for irrigation in Cambodia. Dalam Australian Centre for International Agricultural Research ICIAR. Issue brief Investing in water management to improve productivity of rice-based farming systems in Cambodia project. . , Sri Lanka 2010. Report 2009-2010. Phnom Penh H. J. 1997. Rice production in Cambodia. Phnom Penh 2014. Cambodia’s rice rich history. Diakses dari tanggal 1 Oktober 2019. Cambodia milled rice exports rise slightly. 2013. Phnom Penh PostDiakses dari tanggal 13 Oktober 2014. Ruttan, V. W. 1998. Models of agricultural development. Dalam C. K Eicher & J. M. Staatz Eds, International agricultural development 3rd Edition, hlm. 155-162. London John Hopkins University PressSareth, C. & Yasunobu, K. 2006. Recent irrigation policy and community irrigation system in Cambodia. Cambodian Journal of Agriculture, 7 2, 22-35. Phnom Penh CARDI. 124 Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 9 2018 Sinath, C. 2002. Investment in land and water in Cambodia. Proceeding of the Regional Consultation-Food and Agriculture Organization of the United Nations. RAP PublicationSothorn, K., Chhun, C., Theng, V. & Sovannarith, S. 2011. Policy coherence in agricultural and rural development Cambodia. Working paper series No. 55 hlm. 1-68. Phnom Penh CDRI Publication. Srey, V. 2012. Seed sector development in Cambodia. Diakses dari tanggal 15 November V. & Flower, B. 2013. Policy priorities for raising rice yield and output in Cambodia. Annual development review 2013-2014 development inclusiveness, sustainability and governance in cambodia hlm 68-80 . A CDRI V. & Socheat, K. 2013. The impact of agricultural extension services on rice production evidence from panel data of nine rural villages in Cambodia. Annual development review 2013-2014 hlm 96-114. A CDRI 2010. Cambodia. Diakses dari tanggal 15 Januari Cambodia. 2012. Rice production increases as country moves toward 2015 export goal. Diakses dari tanggal 16 Januari 2018. Kamboja memperhebat pengembangan ekspor beras. Diakses dari tanggal 1 Oktober 2014. Ekspor beras kamboja meningkat drastis pada tahun 2013. Diakses dari tanggal 10 Oktober 2014. Yu, B. & Diao, X. 2011. Cambodia’s agricultural strategy future development options for the rice sector. A Policy discussion paper, 1-26. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.Jumat 25 April 2014. Bogor Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terus menyosialisasikan teknologi tepat guna yang bisa diterapkan oleh masyarakat. Salah satunya adalah Simpanan dan Imbuhan Buatan Air Tanah (Simbat), yakni sebuah teknologi yang berguna untuk meningkatkan penyimpanan cadangan air di dalam tanah.Untuk rempah-rempah, lihat Lengkuas. Republik Demokratik Rakyat Laos ສາທາລະນະລັດ ປະຊາທິປະໄຕ ປະຊາຊົນລາວ Sathalanalat Paxathipatai Paxaxon Lao Laos République démocratique populaire lao Prancis Bendera Lambang Semboyanສັນຕິພາບ, ເອກະລາດ, ປະຊາທິປະໄຕ, ເອກະພາບ, ວັດທະນະຖາວອນ Santiphab, Ekalad, Paxathipatai, Ekaphab, Vaddanathavan Laos “Perdamaian, Kemerdekaan, Demokrasi, Persatuan, Kemakmuran” Lagu kebangsaan ເພງຊາດລາວ Pheng Xat Lao Republic of indonesia “Himne Nasional Lao people’s democratic republic” Perlihatkan Bumi Perlihatkan peta Association of southeast asian nations Perlihatkan peta Bendera Lokasi Lao people’s democratic republic hijau di Association of southeast asian nations abu-abu tua – [Legenda] Ibu kota dan kota terbesar Vientiane 17°58′N 102°36′E / / Bahasa resmi Lao Bahasa yang diakui Prancis[i] Bahasa yang dituturkan Lao Hmong Khmu Prancis Kelompok etnik 2015[2] Lao eleven% Khmu Hmong Phouthay Tai Makong Katong 2% Lue Akha lainnyaa Agama Buddhisme Phi Kekristenan Demonim LaoLaotian Pemerintahan Kesatuan Marxis-Leninis satu partai sosialis republik konstitusional • Sekjen Partai dan Presiden Thongloun Sisoulith • Wakil Presiden Pany Yathotou • Perdana Menteri Phankham Viphavanh Legislatif ສະພາແຫ່ງຊາດ Sapha Heng Xat Pembentukan • Kerajaan Lan Xang 1354–1707 • Kejatuhan Lan Xang, Kerajaan Luang Phrabang, Kerajaan Vientiane, Kerajaan Champasak dan Kepangeranan Phuan 1707–1778 • Daerah taklukan Thonburi dan Siam 1778–1893 • Perang Suksesi 1826–1828 • Indocina Prancis 1893–1949 • Menyatakan kemerdekaan 19 Juli 1949 • Kemerdekaan dari Prancis 22 Oktober 1953 • Perang saudara Laos 9 November 1953 – 2 Desember 1975 • Kerajaan Laos dihapus 2 Desember 1975 • Konstitusi saat ini 14 Agustus 1991 • Deklarasi ASEAN 23 Juli 1997 Luas – Full 237,955 km2 82 – Perairan % 2 Populasi – Perkiraan 2018 [four] 104 – Sensus Penduduk 2016 – Kepadatan 177 PDBKKB 2018 – Total $ miliar[half-dozen] – Per kapita $7,932[6] PDBnominal 2018 – Total $ miliar[six] – Per kapita $2,706[half dozen] Gini2008 36,vii[7] sedang IPM2017 0,601[8] sedang 139 Mata uang Kip ₭ LAK Zona waktu UTC+7 ICT Format tanggal dd/mm/yyyy Lajur kemudi kanan Kode telepon +856 Kode ISO 3166 LA Ranah Internet .la Termasuk lebih dari 100 kelompok etnis yang lebih kecil. Laos bahasa Laos ລາວ, Lāo [láːw], secara resmi Republik Demokratis Rakyat Laos bahasa Laos ສາທາລະນະລັດ ປະຊາທິປະໄຕ ປະຊາຊົນລາວ, adalah sebuah negara yang terkurung daratan di Asia Tenggara, yang berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat Tiongkok di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat. Dari abad ke-xiv hingga abad ke-18, negara ini disebut Lan Xang atau “Negeri Seribu Gajah”.[9] Laos adalah sebuah Negara Republik yang dikelilingi oleh daratan dan terletak di bagian utara Semenanjung Indochina. Laos berasal dari kata Lan Xang yang artinya kerajaan gajah. Negara ini adalah satu-satunya Negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak memiliki pantai. Laos pernah dijajah oleh Prancis dan memperoleh kemerdekaan pada 22 Oktober 1953 dalam bentuk kerajaan. Sejak two Desember 1975 kerajaan Laos berubah menjadi Republik Laos. Laos adalah salah satu negara komunis dengan kepala pemerintahan berupa presiden yang bernama Thongloun Sisoulith dan dibantu oleh perdana menteri yang bernama Phankam Viphavanh. Jika dilihat dari sudut pandang Geografi Politik, letak wilayah negara Laos yang tidak memiliki wilayah laut atau pantai dikenal dengan sebutan kawasan state-lock. Kondisi ini dianggap kurang menguntungkan dari segi pertahanan dan keamanan, khususnya dari serangan atau invasi bangsa lain. Negara Laos mempunyai lembah sungai subur sehingga banyak menghasilkan tanaman pertanian dan perkebunan, terutama padi, kopi, dan tembakau. Memiliki sumber-sumber tambang mineral, seperti timah, tembaga, emas, dan perak. Wilayahnya didominasi perbukitan dan pegunungan yang tertutup hutan lebat, sehingga menghasilkan kayu sebagai salah satu komoditasnya. Potensi sosial budaya terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan berbagai macam budayanya, masyarakatnya sebagian besar masih patuh pada tradisi, memiliki bahasa nasional, yaitu bahasa Lao. Namun dalam kehidupan sehari-hari, selain bahasa nasionalnya masyarakat juga menggunakan bahasa Thai, Inggris, dan Prancis, memiliki banyak bangunan bersejarah, terutama candi. Laos merupakan salah satu dari lima negara komunis yang ada di dunia. Luas wilayahnya sekitar km2 dengan jumlah penduduk sekitar six,6 juta jiwa. Bergabung dengan Asean sejak tahun 1997, tetapi negara yang terkurung daratan landlocked state ini baru membuka diri seluas-luasnya dengan negara lain pada tahun 2004. Langkah pertama yang diambil Lao people’s democratic republic dalam membuka diri adalah menarik modal asing. Laos berkali-kali merevisi undang-undang investasi asing, serta mengizinkan perusahaan asing mentransfer keuntungan keluar Laos. Investor asing juga diizinkan mendirikan perusahaan dengan modal murni atau patungan. Pemerintah Lao people’s democratic republic bahkan tidak memungut pajak terhadap perusahaan asing untuk lima tahun pertama bisnis di Laos. Untuk meningkatkan perekonomian, Laos menetapkan beberapa zona ekonomi, meningkatkan perdagangan internasional dan meningkatkan kerja sama regional. Mata pencaharian utama penduduk Laos pada sektor pertanian. Hasil pertanian utamanya berupa padi, jagung, tembakau, kapas, kopi dan buah jeruk. Daerah pertanian umumnya berada di daerah dataran rendah terutama di tepi sungai Mekong. Sungai Mekong merupakan urat nadi perekonomian Lao people’s democratic republic yang dimanfaatkan Laos untuk menghasilkan tenaga hydroelectric. Tenaga hydroelectric yang dihasilkan kemudian dijual oleh Lao people’s democratic republic ke negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand. Pada tahun 2012, pemerintah Laos membentuk portal Laos Trade Center yang memberikan informasi terkait impor dan ekspor negara tersebut. Seiring keterbukaan ekonomi yang dilakukannya, perekonomian Lao people’s democratic republic meningkat sebesar 7,one% dari tahun 2001-2010 dan diharapkan meningkat sebesar 7,6% dari tahun 2011-2015. Bukan angka yang mustahil jika menilik pertumbuhan Gdp Gdp Laos pada tahun 2012 mencapai viii,1%. Awal sejarah Laos didominasi oleh Kerajaan Nanzhao, yang diteruskan pada abad ke-14 oleh kerajaan lokal Lan Xang yang berlangsung hingga abad ke-18, setelah Thailand menguasai kerajaan tersebut. Kemudian Prancis menguasai wilayah ini pada abad ke-19 dan menggabungkannya ke dalam Indochina Prancis pada 1893. Setelah penjajahan Jepang selama Perang Dunia 2, negara ini memerdekakan diri pada 1949 dengan nama Kerajaan Laos di bawah pemerintahan Raja Sisavang Vong. Keguncangan politik di negara tetangganya Vietnam membuat Laos menghadapi Perang Indochina Kedua yang lebih besar disebut juga Perang Rahasia yang menjadi faktor ketidakstabilan yang memicu lahirnya perang saudara dan beberapa kali kudeta. Pada 1975 kaum komunis Pathet Lao yang didukung Uni Soviet dan komunis Vietnam menendang pemerintahan Raja Savang Vatthana dukungan Amerika Serikat dan Prancis. Setelah mengambil alih negara ini, mereka mengganti namanya menjadi Republik Demokratis Rakyat Laos yang masih berdiri hingga saat ini. Laos mempererat hubungannya dengan Vietnam dan mengendurkan larangan ekonominya pada akhir dekade 1980-an dan dimasukkan ke dalam Asean pada 1997. Sejarah [sunting sunting sumber] Wilayah Lao people’s democratic republic telah dihuni manusia selama ribuan tahun. Periode pra-sejarah negara ini tidak terlalu banyak diketahui. Diperkirakan bahwa sejumlah kelompok orang yang berbeda menetap di daerah Laos sebelum abad ke-xiv. Pada saat itu, wilayah Laos dikendalikan oleh Kerajaan Mon dan Kekaisaran Khmer. Bangsa Laos modern dianggap memiliki kaitan pada Kerajaan Lan Xang yang berdiri pada pertengahan abad ke-14 dan didirikan oleh Fa Ngum. Sebelum masa tersebut, negara itu sudah dihuni oleh orang Lao, orang Mon, dan kelompok etnis lainnya. Pada abad ke-16, Buddhisme Theravada menjadi agama dominan. Dimulai pada pertengahan abad ke-17, Laos mengalami penurunan kondisi ekonomi dan politik. Pada akhir abad ke-18, Laos yang semakin melemah akhirnya ditaklukkan negara tetangga Thailand Siam. Pada akhir abad ke-19, Prancis yang baru saja menaklukkan Vietnam bernegosiasi dengan Thailand untuk mendapatkan Laos. Pada awal abad ke-20, negara itu sepenuhnya berada di bawah kendali Prancis. Selama Perang Dunia 2, Jepang menduduki Lao people’s democratic republic. Setelah perang selesai, bersama dengan Vietnam, Laos lantas menyatakan kemerdekaannya. Prancis merespon dengan mengirimkan tentara dan mengambil kendali wilayah lagi. Gerakan nasionalis terus memperjuangkan kemerdekaan, sehingga pada tahun 1950 Prancis menyatakan Laos mendapatkan otonomi. Pada tahun 1954, Laos akhirnya merdeka sepenuhnya sebagai negara monarki konstitusional. Setelah kemerdekaannya, Laos mengalami periode ketidakstabilan politik. Hal ini diperparah dengan kepentingan Amerika Serikat di wilayah itu yang membutuhkan footing untuk memerangi Vietnam. Tercatat pemerintah koalisi pertama jatuh pada tahun 1958, meskipun pemerintahan pengganti segera terbentuk, tetapi segera jatuh lagi. Laos menyatakan netralitas pada tahun 1962, saat terjadi konflik di Vietnam. Namun hal ini tidak menghentikan Amerika Serikat dan Vietnam Utara untuk membangun basis kekuatan di Laos sehingga menghancurkan sikap resmi bangsa untuk tetap netral. Meskipun Lao people’s democratic republic berusaha mempertahankan demokrasi, ketika AS menarik diri dari wilayah tersebut serta seiring kejatuhan Vietnam Selatan, negara itu diambil alih oleh faksi komunis dengan dukungan militer dari Vietnam Utara. Pada akhir tahun 1975, raja dipaksa turun tahta dan Communist Lao People’s Democratic Republic segera dibentuk. Pemerintahan komunis yang didukung Vietnam membuat kondisi ekonomi Laos semakin memburuk. Akhirnya, dimulai pada akhir tahun 1980-an, Laos mulai lebih membuka ekonominya dan memulai perbaikan ekonomi meskipun berjalan lambat. Laos adalah negara berdaulat yang memiliki banyak ranjau darat belum meledak hingga ke pedesaan. Pengunjung harus berhati-hati untuk tidak meninggalkan jalur jalan aman dan memperhatikan semua tanda peringatan ranjau darat. Beberapa atraksi utama Laos diantaranya adalah Khone Phapheng, air terjun terbesar di Asia Tenggara, Pha That Luang, sebuah kuil Buddha yang indah, dan gua-gua Pak Ou. Manifestly of Jars juga menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, terutama oleh arkeolog amatir. Fitur terkenal di Plain of Jars adalah guci batu besar yang berbobot lebih dari enam ton dan berusia sekitar 2000 tahun. Selain itu, terdapat pula ratusan guci lain yang berserakan di daerah itu dengan kegunaan yang belum diketahui pasti. Geografi [sunting sunting sumber] Negara Laos Secara astronomis, wilayah Laos terletak antara 14°LU – 22°LU dan antara 100°BT – 108°BT. Luas full wilayah ini mencakup 236,800 km2 dan 2% dari wilayah tersebut adalah berupa perairan. Adapun secara geografis wilayah Negara Laos memiliki batas batas wilayah sebagai berikut Sebelah utara Republik Rakyat Tiongkok Sebelah selatan Kamboja Sebelah barat Myanmar dan Thailand Sebelah timur Vietnam Sedangkan secara geologis negara Lao people’s democratic republic masih termasuk dalam lempeng eurasia yang menyatukan asia dengan eropa. Berdasarkan letak astronomisnya, Laos beriklim tropis dengan suhu rata-rata tahunan antara 26 C-28 C. curah hujan rata-rata – mm per tahun. Laos memiliki 3 musim. Musim hujan pada bulan Juni-Oktober akibat pengaruh angin musim barat daya. Musim kemarau yang sejuk terjadi pada bulan – Februari karena pengaruh angin musim timur. Pada bulan Maret – Mei terjadi musim pancaroba yang kering. Laos adalah negara yang terhimpit oleh daratan di Asia Tenggara dan diselimuti hutan lebat yang kebanyakan bergunung-gunung, di mana salah satunya yang tertinggi adalah Phou bia dengan ketinggian m dari permukaan laut. Laos juga memiliki beberapa dataran rendah dan dataran tinggi. Sungai Mekong membentuk sebagian besar dari perbatasannya dengan Thailand, sementara rangkaian pegunungan dari Rantai Annam membentuk sebagian besar perbatasan timurnya dengan Vietnam. Barisan pegunungan lipatan yang membujur dari utara ke selatan dengan puncaknya Gunung Phou Bia g Lereng pegunungan Annam di sebelah timur yang terdiri atas batu-batuan granit berbentuk kristal. Barisan pegunungan kapur terutama di bagian tengah menjadikan pemandangan yang khas di Laos. Plato Bolovens chiliad terdapat di bagian selatan yang merupakan batuan basalt. Lembah Sungai Mekong di bagian barat merupakan daerah yang sangat subur dan menjadi pusat permukiman penduduk. Sungai Mekong mengalir hampir di seluruh wilayah Laos. Sungai Mekong bermuara di Teluk Tonkin sehingga sungai ini memiliki arti penting bagi perekonomian Lao people’s democratic republic, khususnya bagi sarana transportasi dan irigasi pertanian. Bentang alam negara Lao people’s democratic republic bagian utara cukup luas, menyempit di bagian tengah, dan melebar kembali di bagian selatan. Bagian dalam Semenanjung Indochina memiliki topografi yang bergunung – gunung dengan hutan – hutan lebat. Lao people’s democratic republic memiliki barisan pegunungan lipatan yang membujur dari utara ke selatan, yaitu lereng barat Pegunungan Annam, Plato Bolovens, dan daerah lembah Sungai Mekong. Gunung Phou Bia merupakan gunung tertinggi di wilayah Negara Laos dengan tinggi meter. Daerah yang berbentuk dataran terdapat di Plato Xiang Khoang. Wilayah laos terdiri atas Batuan granit di lereng barat Pegunungan Annam Batuan kapur di barisan pegunungan yang terlatak di Laos tengah Batuan Basalt terdapat di Plato Bolovens one thousand. Selain itu Sungai Mekong juga mengalir di wilayah ini. Iklim Negara Laos adalah tropis dengan suhu rata-rata tahunan 26 °C di utara sampai dengan 28 °C di selatan. Curah hujan di Negara ini sangat bervariasi antara mm sampai dengan mm per tahun. Laos memiliki tiga musim yaitu Musim hujan yang panas, yaitu terjadi pada bulan Juli hingga bulan Oktober Musim kemarau yang sejuk, yaitu terjadi pada bulan November hingga bulan Februari Musim Pancaroba yang kering dan panas, yaitu terjadi pada bulan Maret hingga bulan Mei. Hutan di Negara Lao people’s democratic republic sangat luas yang meliputi sekitar setengah negeri. jenis hutan tersebut ialah hutan hujan tropis, hutan bambu, dan hutan yang tercampur dengan vegetasi tropis dengan perhitungan Luas wilayah Lao people’s democratic republic adalah km2. Sekitar lxx% wilayah Laos berbentuk pegunungan dan terdapat Gunung Bia setinggi meter yang merupakan gunung tertinggi di negara ini. Sekitar 55 persen wilayah ini ditutupi oleh berbagai jenis hutan, Pada dasarnya sebagian besar hutan di Laos adalah tropis, biasanya terdiri dari pohon yang merontokkan daunnya pada musim kemarau. Kurang dari sepertiga hutan-hutan masih hutan cardinal. Namun hutan ini berada dalam bahaya karena penebangan yang berlebihan di sejumlah daerah seperti Selatan dan Tenggara. Bahaya lainnya datang dalam bentuk pembukaan hutan tradisional menggunakan metode tebang dan bakar oleh suku-suku gunung etnis tertentu, terutama untuk menanam padi bukit tetapi juga jagung atau poppy. Iklim Laos adalah tropis dan dipengaruhi oleh angin musim. Musim penghujan berlangsung dari Mei hingga Nov, diikuti oleh musim kemarau sejak Dec sampai April. Ibu kota dan kota terbesar di Lao people’s democratic republic adalah Vientiane, kota-kota besar lain meliputi Luang Prabang, Savannakhet, dan Pakse. Pada 1993, pemerintah mencanangkan 21% dari wilayah negara sebagai Area Konservasi Keanekaragaman Hayati Nasional National Biodiversity Conservation Area/NBCA, yang mungkin akan dikembangkan menjadi sebuah taman nasional. Bila telah selesai, maka ia diperkirakan akan menjadi taman nasional terbaik dan terluas di Asia Tenggara. Sejumlah spesies binatang baru telah ditemukan atau ditemukan kembali di Lao people’s democratic republic beberapa tahun terakhir. Termasuk di dalamnya kelinci Annam, saola, dan yang terbaru adalah tikus batu Lao people’s democratic republic atau kha-nyou. Politik [sunting sunting sumber] Satu-satunya partai politik yang diakui di Laos adalah Partai Revolusioner Rakyat Laos LPRP. Kepala negara adalah seorang presiden yang ditentukan oleh parlemen untuk masa jabatan 5 tahun. Kepala pemerintahan adalah seorang perdana menteri yang ditunjuk oleh presiden dengan persetujuan dari parlemen. Kebijakan pemerintahan ditentukan oleh partai melalui 9 anggota yang sangat berkuasa Politbiro dan 49 anggota Komite Pusat. Keputusan pemerintah yang penting ditentukan Dewan Menteri. Laos menganut konstitusi baru sejak 1991. Pada tahun berikutnya, pemilu diadakan untuk 85 kursi baru Majelis Nasional yang anggotanya dipilih secara rahasia untuk masa jabatan 5 tahun. Parlemen tunggal ini diperluas sejak pemilu 1997 menjadi 99 anggota, menyetujui semua hukum baru, meskipun presidenlah yang memegang kekuasaan untuk mengeluarkan dekret yang sifatnya mengikat. Pemilu yang terbaru dilaksanakan pada Februari 2002 ketika Majelis Nasional diperluas menjadi 109 anggota. Sisa-sisa dari kelompok etnis Hmong yang beraliansi dengan Amerika Serikat ketika Perang Vietnam terlibat dalam konflik bersenjata dengan rezim komunis Laos sejak 1975. Sehubungan dengan adanya beberapa laporan tentang penyerahan diri etnis Hmong di media internasional baru-baru ini, konflik ini sepertinya sudah agak mereda. Sebagian besar anggota etnis Hmong berbaur kembali dengan masyarakat secara damai, dan sebagian dari mereka bahkan dilaporkan meraih posisi strategis di dalam pemerintahan negara Laos. Serangan-serangan masih terjadi secara kecil-kecilan di seluruh negeri, tetapi tidak mengarah kepada salah satu gerakan politik. Segala perbedaan pendapat di Laos dimusnahkan, sehingga informasi yang benar sulit didapat. Pembagian administratif [sunting sunting sumber] Laos dibagi menjadi 16 provinsi khoueng, i kotapraja* kampheng nakhon, dan 1 daerah khusus** khetphiset Attapu Bokeo Borikhamxay Champassack Houaphan Khammouane Louang Namtha Louangphabang Oudomxay Phongsaly Saravane Savannakhet Vientiane * Provinsi Vientiane Xaignabouli Xaisomboun ** Xekong Xiangkhoang Ekonomi [sunting sunting sumber] Pemerintah Laos – salah satu dari sekian negara komunis yang tersisa – memulai melepas kontrol ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986. Hasilnya, pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata six% per tahun periode 1988-2004 kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai pada 1997. Seperti negara berkembang umumnya, kota-kota besarlah yang paling banyak menikmati pertumbuhan ekonomi. Ekonomi di Vientiane, Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet, mengalami pertumbuhan signifikan beberapa tahun terakhir. Sebagian besar dari wilayahnya kekurangan infrastruktur memadai. Laos masih belum memiliki jaringan rel kereta api, meskipun adanya rencana membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Jalan-jalan besar yang meghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara besar-besaran beberapa tahun terakhir, tetapi desa-desa yang jauh dari jalan-jalan besar hanya dapat diakses melalui jalan tanah yang mungkin tidak dapat dilalui sepanjang tahun. Ada telekomunikasi internal dan eksternal yang terbatas, terutama lewat jalur kabel, tetapi penggunaan telepon genggam/handphone telah menyebar luas di pusat perkotaan. Listrik tidak tersedia di banyak daerah pedesaan atau hanya selama kurun waktu tertentu. Pertanian masih memengaruhi setengah dari PDB dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos menerima bantuan dari International monetary fund dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya tembaga dan emas. Pariwisata adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Pertumbuhan ekonomi umumnya terhambat oleh banyaknya penduduk berpendidikan yang pindah ke luar negeri akibat tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Pada 2005 penelitian oleh Banking concern Dunia melaporkan bahwa 37% dari penduduk Lao people’s democratic republic yang berpendidikan tinggal di luar negeri, menempatkan Laos pada tempat ke-5 di dunia untuk kasus ini. Akhir 2004 Laos menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat, yang membuat produsen Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga merangsang pertumbuhan ekonomi mereka dari sektor ekspor. Pertanian [sunting sunting sumber] Pertanian merupakan kegiatan utama di Laos utama 41% dari pendapatan negara. Hasilnya berupa • Padi, Jagung, Tembakau di dataran Vientiane • Kopi Plato Bolovens • Kapas di selatan • Tanaman sampingan seperti pisang, kelapa, pepaya dll di daerah-daerah lembah Sistem pertanian di Negara Laos sangat bergantung pada irigasi dari Sungai Mekong. Perikanan [sunting sunting sumber] Perikanan di negeri ini tidak memiliki arti komersial. Tangkapan ikanya berasal dari Sungai Mekong, yaitu ikan Karper dan ikan Perch. Pusat-pusat penangkapan ikan dinegara Laos adalah Vientiane, Pakxan, Savvanakhet, Thakhet, dan Hovayxay. Kehutanan [sunting sunting sumber] Luas Hutan di Laos kira-kira adalah km2. Hasil hutan utama adalah kayu jati dan kayu-kayu keras lainya. Selain itu hutan di Negara Laos juga menghasilkan getah, damar, dan minyak Balsem. Pertambangan [sunting sunting sumber] Timah dan Bijih Besi merupakan hasil tambang utama di Laos. Laos juga memiliki sumber-sumber tambang mineral, seperti timah, tembaga, emas, dan perak, tetapi belum dapat dimanfaatkan secara maksimal, oleh karena itu ekonomi Laos menerima bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam bidang pemrosesan pertambangan, khususnya tembaga dan emas. Perdagangan [sunting sunting sumber] Negara Laos mengembangkan sektor perdagangan dengan komoditas ekspor utama berupa hasil pertanian beras, tembakau, kopi, hasil hutan kayu mentah, kayu olahan, dan berbagai jenis kerajinan, dan hasil tambang berupa timah. Sementara itu impor utama berupa kendaraan bermotor, mesin, dan besi baja. Industri [sunting sunting sumber] Kawasan hutan di Laos cukup luas dan lebat. Hal ini menjadikan hasil hutan sebagai salah satu bahan baku industri utama. Hasilnya seperti kayu jati, damar, dan kayu keras lainnya. Berbagai bentuk kegiatan industri di Laos yang memanfaatkan sumber daya hutan diantaranya industri pemotongan kayu dan pengolahan kayu. Selain itu, terdapat juga industri pengolahan bahan tambang dan pengolahan makanan Pariwisata [sunting sunting sumber] Pariwisata adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Potensi sumber daya alam yang ada di Laos belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk disajikan sebagai objek wisata. Oleh karena itu, pemerintah Laos cenderung mengembangkan wisata budayanya. Transportasi [sunting sunting sumber] Wilayahnya kekurangan infrastruktur memadai. Laos masih belum memiliki jaringan rel kereta api, meskipun adanya rencana membangun rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Jalan-jalan besar yang menghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara besar-besaran beberapa tahun terakhir, tetapi desa-desa yang jauh dari jalan-jalan besar hanya dapat diakses melalui jalan tanah yang mungkin tidak dapat dilalui sepanjang tahun. Ada telekomunikasi internal dan eksternal yang terbatas, terutama lewat jalur kabel, tetapi penggunaan telepon genggam/handphone telah menyebar luas di pusat transportasi di Laos di dominasi oleh Transportasi darat. Demografi [sunting sunting sumber] Luas wilayah Negara km2, Laos mempunyai penduduk yang tergolong jarang. Pada pertengahan tahun 2004, jumlah penduduk Lao people’s democratic republic hanya 5,8 juta jiwa, dengan angka kelahiran 36 dan angka kematian thirteen. Rata-rata pertumbuhan penduduk alami Laos adalah two,3% per tahun. Diperkirakan pada tahun 2025, jumlah penduduk Laos akan mencapai viii,6 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2015 adalah mencapai 6,5 juta jiwa[10] Etnis [sunting sunting sumber] Penduduk Laos terdiri dari berbagai etnis, orang Lao hidup di tanah rendah dan dekat sungai. Orang Thai hidup di daratan tinggi, orang non khmer hidup menyebar di wilayah Laos, dan orang Meo pendatang dari Tiongkok Selatan. Serta Yao hidup di daerah pegunungan yang merupakan pendatang dari Tiongkok Selatan. Pada tahun 1975 pemerintahan Lao people’s democratic republic berbentuk kerajaan konstitusional. Namun, setelah itu hingga sekarang, pemerintahan Laos berbentuk Republik dengan kepala Negara seorang presiden dan kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Menteri. Pada akhir tahun 2015, penduduk Laos mencapai half-dozen,4 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk alami rata-rata setiap tahun 2,3%. Kepadatan penduduknya adalah 23 jiwa per km2. Angka kelahiran per tahun adalah 36 sedangkan angka kematian per tahun 13 per penduduk. Suku bangsa yang paling dominan di Laos adalah suku Lao. Berikut adalah persentase penduduk Laos berdasarkan Etnist tahun 2015[11] Etnis Populasi2015 Full % Lao Khmou Hmong Phouthay Tai Makong Katang Lue Akha Etnis Lainnya Lao people’s democratic republic 100 Agama [sunting sunting sumber] Berdasarkan Sensus tahun 2019, dari penduduk Lao people’s democratic republic, mayoritas penduduk Lao people’s democratic republic beragama Buddha dengan jumlah jiwa Penganut agama Kristen ada sekitar jiwa yang umumnya dianut dari Etnis Khmou. Dari sensus tahun 2019, penduduk Laos tidak beragama atau mengikuti aliran kepercayaan Lao people's democratic republic. Budaya [sunting sunting sumber] Agama Theravada telah banyak memengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya dapat terlihat pada bahasa, seni, sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik nasionalnya, disebut khaen sejenis pipa bambu. Sebuah kelompok musik umumnya terdiri dari penyanyi mor lam dan seorang pemain khaemor khaen bersama pemain rebab dan pemain instrumen lain. Lam saravane adalah jenis musik terpopuler di antara musik-musik Laos, tetapi etnis Lao di Thailand telah mengembangkannya menjadi mor lam sing yang menjadi salah satu acknowledged internasional. Salah satu bukti penting dari kebudayaan Laos kuno terdapat di Dataran Guci. Media [sunting sunting sumber] Artikel utama Media Lao people’s democratic republic Seluruh surat kabar diterbitkan oleh pemerintah, termasuk 2 surat kabar berbahasa asing Vientiane Times yang berbahasa Inggris dan Le Rénovateur yang berbahasa Prancis. Selain itu, Kho San Pathet Lao, kantor berita resmi Republik Demokratis Rakyat Laos, menerbitkan surat kabarnya dalam bahasa Inggris dan Prancis. Warung internet yang melayani para turis umum ditemukan di pusat-pusat kota. Meski begitu, pemerintah menyensor isinya dengan ketat. Saluran televisi satelit yang menayangkan acara televisi dari Thailand banyak ditemukan di Laos. Banyak dari rakyat Laos dapat mengakses dunia luar melalui program televisi Thailand. Lihat pula [sunting sunting sumber] Kesenian Laos Makanan Lao people’s democratic republic Seni tari dan teater Laos Festival Laos Musik Laos Komunikasi di Lao people’s democratic republic Hubungan luar negeri Laos Daftar topik yang berhubungan dengan Laos Daftar perusahaan Laos Militer Laos Transportasi di Laos Referensi [sunting sunting sumber] ^ “The Languages spoken in Laos”. Studycountry . Diakses tanggal 16 September 2018. ^ ^ ““World Population prospects – Population Division““. dalam bahasa Inggris. Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa, Divisi Kependudukan. 2019. Diakses tanggal 9 November 2019. ^ ““Overall full population” – World Population Prospects The 2019 Revision” xslx. Data khusus yang diperoleh melalui situs web dalam bahasa Inggris. Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa, Divisi Kependudukan. 2019. Diakses tanggal ix November 2019. ^ “Archived copy”. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 Nov 2016. ^ a b c d “World Economical Outlook Database, April 2018, Laos”. International Budgetary Fund. Apr 2018. Diakses tanggal 28 Apr 2018. ^ “Gini Index”. World Bank. Diakses tanggal 2 March 2011. ^ “Human Development Indices and Indicators 2018 Statistical update” PDF. United nations Development Programme. fifteen September 2018. Diakses tanggal 15 September 2018. ^ Stuart-Fox, Martin 1998. The Lao Kingdom of Lan Xang Rise and Turn down. White Lotus Press. hlm. 49. ISBN 974-8434-33-8. ^ “Results Population and Housing Cencus, 2015” ^ “Population and Housing Cencus, 2015“” PDF. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-21. Diakses tanggal 2017-10-25 . ^ http//world wide Pranala luar [sunting sunting sumber] Wikimedia Eatables memiliki media mengenai ປະເທດລາວ . Wikivoyage memiliki panduan wisata Laos . Inggris – negara, kebudayaan, info bahasa, galeri, kolom saran Inggris Laos’ Portal – Direktori situs-situs Laos Inggris Diarsipkan 2007-02-11 di Wayback Machine. – Kumpulan foto dan artikel Laos yang terus di-update Inggris [1] [ pranala nonaktif permanen ] – Hidroelektrik dam di Lao people’s democratic republic Panduan perjalanan Laos dari Wikivoyage Cari tahu mengenai Laos pada proyek-proyek Wikimedia lainnya Definisi dan terjemahan dari Wiktionary Gambar dan media dari Commons Berita dari Wikinews Kutipan dari Wikiquote Teks sumber dari Wikisource Buku dari Wikibuku Panduan wisata di Laos dari Wikivoyage Peta Laos di Wikimedia Atlas Lao people’s democratic republic di Curlie dari DMOZ Chief of Land and Cabinet Members Diarsipkan 2022-ten-17 di Wayback Motorcar. Laos di CIA World Factbook. Country Profile at BBC News Laos Diarsipkan 2009-02-04 di Wayback Machine. at UCB Libraries GovPubs Laos at Encyclopædia Britannica Laos at Tageo Specialist Lao people’s democratic republic National Tourism Assistants Cardinal Development Forecasts for Lao people’s democratic republic from International Futures H2o festival – a cultural specialty of Laos [butuh rujukan] Jenistanaman pisang diaerah Kabupaten Padang Pariaman bermacam-macam diantaranya Pisang Jantan, Pisang emas dan Pisang Rajo emas. Lokasi pisang tersebar di beberapa Kecamatan dengan luas produksi 54.722.00 Ha. sedangkan harga produksi Rp 300,-/biji (Pisang Jantan) Wilayah Sentra Produksi tanaman pisang di kabupaten Padang Pariaman antara lain Jakarta - Kawasan Asia Tenggara menyimpan berbagai potensi alam yang menjadi sumber pendapatan utama negara. Beberapa negara seperti Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam disebut sebagai negara agraris. Mengapa demikian?Menurut penelitian Presilla dan Rucianawati tentang Pembangunan Sektor Pertanian di Asia Tenggara sebagaimana dipublikasikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor strategis untuk menumbuhkan perekonomian bagi negara berkembang di kawasan Asia seperti Thailand, Vietnam, dan Kamboja memiliki kelebihan sumber daya alam yakni kawasan subur untuk budidaya tanaman padi, seperti di Delta Sungai Mekong. Tak heran jika pertanian padi menjadi sumber pendapatan utama bagi mayoritas petani di negara Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam memiliki kondisi fisik geografis yang hampir sama. Dilansir dari Britannica, berikut kondisi alam dari masing-masing Alam Negara KambojaKamboja termasuk negara yang dilalui Sungai Mekong, sungai terbesar di Asia Tenggara. Banjir tahunan Sungai Mekong selama musim hujan menyimpan endapan aluvial. Endapan ini turut menyumbang kesuburan tanah dataran tengah dan menjadi irigasi alami untuk penanaman yang dijuluki Angkor Wat ini mayoritas penduduknya tinggal di daerah pedesaan. Hanya sebagian kecil dari total populasi yang pernah tinggal di kota yang berpenduduk lebih dari jiwa. Sejak tahun 1920 an, sebagian besar penduduk kota terpusat di Phnom Penh yang terletak di pertemuan sungai Mekong, Bassac, dan sebagian besar Kamboja berhutan lebat, wilayah dataran rendah tengah ditutupi oleh hamparan sawah, ladang tanaman kering seperti jagung dan tembakau, rerumputan tinggi dan alang-alang, serta daerah berhutan tipis. Penduduk Kamboja mencari nafkah dari sektor pertanian, perikanan dan usaha Alam Negara MyanmarMyanmar atau yang juga dikenal dengan Burma ini membagi wilayahnya ke dalam lima wilayah, yakni pegunungan utara, pegunungan barat, dataran tinggi timur, cekungan tengah dan dataran rendah, serta dataran memiliki dua danau besar, danau Indawgyi dan danau Inle. Danau Indawgyi di perbukitan utara yang membentang sekitar 15 mil 24 km dari utara ke selatan dan 8 mil 13 km dari timur ke barat. Danau ini menjadi salah satu danau pedalaman alami terbesar di Asia itu, danau Inle membentang sekitar 14 mil 22 km dari utara ke selatan dan 7 mil 11 km dari timur ke barat, di Dataran Tinggi Shan. Danau Inle dialiri oleh puluhan yang terletak di bagian barat daratan Asia Tenggara ini didominasi oleh wilayah pedesaan. Masyarakat yang tinggal di pegunungan umumnya mempraktikkan sistem pertanian berpindah, namun sebagian besar dari mereka sudah menetap di desa-desa dataran tinggi yang agak jauh dari setengah dari Myanmar tertutup oleh hutan dari berbagai jenis. Sudah berabad-abad penduduk Myanmar menanam padi dengan melakukan pembukaan kawasan hutan. Sebagian besar penduduknya terlibat dalam sektor pertanian. Myanmar seperti Kamboja, Laos, dan Vietnam juga disebut sebagai negara Alam Negara LaosNegara yang dijuluki Tanah Terkunci ini memiliki lautan dan wilayah yang terkunci di 5 negara, yaitu Myanmar, China, Vietnam, Kamboja, dan Thailand. Ibukota Laos terletak di sebelah utara Sungai geologis, lanskap Laos beragam, seperti pegunungan berhutan, dataran tinggi, dan dataran rendah. Populasi cukup beragam yang mana sebagian besar disatukan melalui pertanian, khususnya tanaman selatan dataran tinggi Bolovens, pada ketinggian sekitar kaki meter ditutupi oleh hutan terbuka dan umumnya memiliki tanah yang subur. Satu-satunya dataran rendah luas yang dimiliki Laos terletak di sepanjang tepi timur sungai adalah sektor perekonomian andalan Laos. Pada awal abad ke-21, sektor ini menghasilkan hampir setengah dari produk domestik bruto PDB negara dan mempekerjakan sekitar 3/4 dari populasi. Selain berkerja di sektor pertanian, penduduk Laos juga bekerja di sektor kehutanan dan Alam Negara VietnamDataran tinggi Vietnam utara dibagi menjadi dua wilayah yang berbeda. Wilayah utara membentang menuju selatan Sungai Merah hingga ke negara tetangga, Laos. Sungai Merah membentuk lembah yang dalam dan relatif lebar yang mengalir melewati perbatasan China ke tepi di delta sungai Merah bervariasi. Beberapa diantaranya subur dan cocok untuk penanaman yang intensif, sementara yang lain tidak memiliki basa yang larut. Namun demikian, tanah delta mudah untuk Vietnam utara, hujan mosun yang lebat menghanyutkan humus yang kaya dari dataran tinggi. Humus tersebut meninggalkan alumina dan oksida besi yang larut dengan perlahan dan memberikan warna kemerahan khas pada penduduk Vietnam bekerja di sektor pertanian. Tanaman yang menjadi komoditas negara ini antara lain jagung, ubi jalar, teh, hingga tembakau. Di beberapa wilayah, penduduk Vietnam bekerja di sektor industri dan mulai memudar sebagai sektor ekonomi terpenting di Vietnam. Meskipun pertanian masih mempekerjakan lebih dari setengah populasi dan manufaktur hanya menyumbang 8 persen dari semua pekerjaan, nilai output dari manufaktur dan jasa melampaui sektor pertanian pada awal kondisi alam dari keempat negara tersebut, sudah tahu kan alasannya mengapa Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam disebut negara agraris? Simak Video "Apel siaga BPS Menandakan Mulainya Sensus Pertanian 2023" [GambasVideo 20detik] pal/pal KTV7Sa.